Senin, 31 Maret 2014

#AKU RAPOPO : PART 2

Soalnya, percuma kalau lo baca novel ini tapi ngga pernah ngerasain cinta. Mendingan lo sekarang tutup novel ini, terus baca buku lain misalnya tentang budi daya ikan mas atau lele atau sejenisnyalah, yang mungkin bisa menolong lo dari kehampa’an (cuma saran). Karena percuma, lo ngga bakal dapet makna dari kisah temen gue ini yang kurang lebih 5-7 menit kedepan bakal gue ceritain gimana ketragisan dan kenyesekannya. (lebay lo penulis)
Sip, kita lanjut lagi tentang cinta. Katanya, cinta itu bisa ngebuat rasa sakit jadi nikmat, rasa hampa jadi berwarna, dan rasa damai jadi tentram (sama aja woii!!). Oke, tapi, apa itu bener? Nah, saat pertanyaan ini gue tanya ke temen sekelas gue. Dia bilang,
“Tergantung nasibnya” jawabnya dengan santai.
“lho, ko? Bales gue keheranan.

“Iya, tergantung apakah nasib baik berpihak pada dia atau enggak. Karena kalau orang tersebut mencintai orang yang salah, pasti yang terjadi adalah kebalikan dari teori yang lo tanyain ke gue tadi” jawabnya lagi.
“Ooh,, gitu yaa” Balas gue dengan muka sok paham.  
Tapi, setelah gue pikir-pikir. Jawaban dari temen gue tadi itu bener juga. Keindahan dari cinta baru terasa ketika kita mencintai orang yang tepat, yang bisa menghargai pengorbanan dan usaha kita. Sehingga dia bakal balik sayang dan respect ke kita. Kalau sebaliknya? Hmm… Siap-siap aja isi dompet lo bakal diludes sama dia. Dan lo ngga bakal dapet apa-apa. Catet! Percaya deh, kalau kita mencintai orang yang salah, sekalipun kita persembahkan dua ember air mata kita buat dia, dia bakal pake itu cuma buat ngebilas kloset di rumahnya. Ngga mau kan?
Terus, maksud dari judul novel ini apa? Aslinya, novel ini berjudul “Let it Go”. Namun, suatu malem yang gue lupa itu tanggal berapa, gue iseng-iseng buka twitter dengan menggunakan HP putih gue yang sekarang umurnya udah 2 tahun (sekarang lagi belajar jalan *loh) sebagai aktifitas rutin gue sebelum tidur. Ngga lupa berdoa tentunya.. Tiba-tiba, muncul tweet di TL gue yang bertuliskan “#Aku rapopo”. Entah ilham dari mana, karena mungkin saat itu juga gue udah ngantuk, akhirnya gue memutuskan untuk mengganti judul novel gue menjadi “Aku rapopo”. Tweet itu bukan sembarang tweet, melainkan tweet dari temen gue ini yang sebentar lagi bakal gue ceritain kisahnya. Selain itu, kata “Aku rapopo” emang lagi trending di twitter. Nah, kata “Aku rapopo” ini sendiri berasal dari bahasa jawa yang kalau di-translet ke bahasa indonesia, artinya “Aku tidak apa-apa” atau “Aku baik-baik saja”. Biasanya kata-kata ini dipake saat seseorang mencoba menutupi rasa sakit hati entah karena gagal jadian, diputusin, diselingkuhin, atau berbagai hal tragis lainnya. Dan kebetulan, kata “Aku Rapopo” ini cocok banget sama kisah temen gue yang satu ini. Maka dari itu tanpa mikir panjang langsung aja gue putuskan “Aku Rapopo” sebagai judul novel ini.
Oh ya, satu lagi. Lalu, dari mana asal sub-judul “432 Jam 52 Menit 11 Detik”? Untuk yang ini, jawabannya ada di dalam novel ini. Jadi, Selamat Membaca! Hehe..

Eiitss… tunggu dulu. Untuk informasi, di cerita ini “gue” memposisikan diri sebagai teman gue. Karena, kalau gue ceritanya dari sudut pandang orang ketiga, otomatis gue harus selalu bilang “Dia”. Dan novel ini bukan lagu afgan yang isinya “Dia..dia..dia”. Makanya gue menggunakan sudut pandang orang pertama disini. Okee.. Sekali lagi, Selamat Membaca! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar